Selasa, 20 November 2007

BAHASAKU, RUPA RUPA WARNANYA...


Di depan Plaza Semanggi, tadi siang...

Ada seorang laki – laki berpakaian rapi, berdasi dan menenteng tas hitam persegi layaknya tas lap top sebagaiamana yang ngetren sekarang. Dengan sepatu mencilak (mengilap ?) dan rambut berminyak, berjalan dengan seorang perempuan muda yang pantas sebagai adiknya atau siapanya..pokonya lebih muda. Yang menarik bukan karena mereka berdua, tetapi percakapannya. karena kebetulan saya ada di belakangnya.. maka saya dengar jelas seperti ini :

“... kamu harus kursus bahasa inggris, bahasa jepang itu penting. O ya, bahsa mandari juga penting kalau kamu mau kerja di perusahaan besar..” GUBRAK!! saya terkejut, karena nabrak pembatas segitiga yang berwarna oranye hehehe..

Saya melanjutkan masuk ke plaza yang besar itu. Hemm...dimanakah saya berada ? Begitu sulitkah untuk menjadi orang Indonesia di negeri yang sejak Soempah Pemoeda telah mendeklarasikan bahwa ‘Kita Bangsa Indonesia berbahasa satu, Bahasa Indonesia.’ Kukira, di sini belum menjadi markas besar PBB dimana bahasa yang digunakan dari berbagai negara. Jadi para pemuda harapan bangsa memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan Pancasila, UUD 45, GBHN dan KUBI (Kamus Umum Bahasa Indonesia).

Saya pernah ketemu orang Thailand, mereka hanya mengerti bahasa Thailand dan berbicara Thailand. Bahkan bahasa Inggris-pun tidak bisa, apalagi bahasa Indonesia. Ada lagi orang Jepang, prestasinya sama dengan orang Thailand. Hanya tahu bahasa Jepang. Dan mereka chuek saja datang ke Indonesia, memborong tanaman di Indonesia atau menceramahi orang Indonesia yang terpana mengikuti terjemahannya. Mereka tidak mengerti bahasa Indonesia tapi bisa berbinis di Indonesia.

Saya ingat Bung Karno (yang idolanya bapak saya, tapi beliau tidak mengidolakan putra putrinya hehehe). Saya dengar cerita dari Bapak saya kalau Bung Karno pinter berbagai bahasa, sehingga bisa membaca buku dalam berbagai bahasa. Bung Karno mendapat ilmu dari sumbernya langsung dan menjadi pinter. Bahasanya Inggris, Belanda, Perancis (yang kata Andrea Hirata ‘sengau, tegas dan berkelas’), Jerman dan lain –lain. Saya belum pernah bertanya pada Bapak saya, apakah Bung Karno juga pinter mandarin, jepang (mungkin kali ya). Setelah Bung Karno pinter, keberadaannya bisa diakui di seluruh dunia.

Saya kira, mempelajari aneka bahasa memang penting. Hanya seandainya, motivasi mempelajari bahasa seperti yang Bung Karno punya, mungkin banyak orang yang akan mempelajari Bahasa Indonesia demi bisa berkomunikasi dengan orang Indonesia. Begitulah....

Catatan di balik layar : Duh anakku, Sayang... begitu berat yang harus kamu lakukan untuk bisa hidup di negeri ini.
(keterangan lagi :
tidak ada hubungannya dengan teks, tetapi foto hanya berhubungan dengan kegiatan dan suasana penulis : puyeng !!!)

Tidak ada komentar: