Jumat, 15 Agustus 2008

Lelaki di Jembatan Ampera


Jembatan Ampera, suatu siang
Kala mesin pengeruk menggerus tubuh Musi. Riuh besi beradu lumpur meramaikan siang. Ada banyak laki - laki yang ikut berkubang bersama roda mesin. Nampak biasa, sebiasa potret ribuan buruh di negeri ini. Tiba - tiba aku menangkap sesuatu yang nampak tak biasa pada lelaki itu. Lelaki dengan tato, JEMBATAN AMPERA !Apa maksudnya ?

Sembari tersenyum, saya memotretnya. (Saya yakin, Andapun tertawa). kalau tatonya kepala ular, tengkorak atau apapun yang berbau sangar, mungkin pas. Tapi ini tatonya landmark kota gitu loh. Begitu susah mendapatkan angel yang saya inginkan. Akan lebih menarik jika lelaki itu berdiri menghadap jembatan ampera, hingga saya bisa mengabadikan keduanya. Nun jauh di perkampungan kumuh nelayan Tujuh Ulu, serasa saya menemukan mutiara 'nasionalisme' pada sebuah negeri. Begitu harunya saya pada lelaki itu, yang sedemikian bangga pada salah satu sudut negeri ini. Hingga merelakan kulitnya ditusuk jejarum warna.

So, Selamat 17 Agustus 2008. Semoga penghuni Taman Makam Pahlawan Kalibata, dan seantero Indonesia masih bisa tersenyum di kediamannya. Mereka tak sia-sia.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

WUAHAHA...ORA NYONO TENAN. untung dia gak ditato bendera merah putih atau tato perayaan tujuh belasan. btw, hasil jepretanmu bagus tik.