Jumat, 31 Oktober 2008

Seroja dari tanah dewa

Bisik angin di kejauhan
Menerbangkan rambut kuningmu bersama misteri pasir
Kau kirimkan biru matamu untuk menemaniku
Di sebuah pulau asing yang menjadi surga bagimu

Sekuntum seroja jatuh di tanahku dan kau berdiri
Tegap tubuhmu membungkuk laksana ksatria berkuda putih
Sejenak kau timang bunga yang sudah puluhan tahun kukenal
Dari jemari porselenmu, serojapun terbaring di telapakku

"Mahkotanya ada 10 helai.
Apakah kau sempat menghitungnya ?
Susunannya menyebar seperti spektra cahaya
Apakah kau bisa merasakan keindahannya ?
Dia hanya ada di tanah ini, tidak di belahan bumi manapun
Tidak juga di tempat matahari tenggelam dimana aku berasal
Kau tahu itu ?"

Seroja di tanganku,
Tiba - tiba berkilau bagai sejuta kristal Swarozki
Harum melebihi parfum Perancis
Lumer mengalahkan kelembutan Haagen Dazs
Benarkah ini seroja yang kemarin ?

Aku yang memujamu
Aku yang ingin menjadi dirimu
Aku yang silau oleh segala yang ada padamu
Hingga lupa pada diriku, tanahku
Bagimu, aku adalah permata Asia yang akan selalu berkilau
Jika aku tetap menjadi aku

Sanur, 21 Oktober 2008

1 komentar:

mencobahidup mengatakan...

sulit sekali untuk mempertahankan status suatu perubahan