Senin, 19 Mei 2008

Folder yang terserak


Cinta adalah gugusan rasa
Bukan persenyawaan antar molekul-molekul
Cinta tak butuh medium
Kendati hati adalah tahtanya
Namun cinta tetap tak teraba
Kau pernah mendengar kisah perang Bubat ?
Bagaimana kau jelaskan jika peristiwa berdarah itu
Terlahir karena cinta Hayam Wuruk pada lukisan Dyah Pitaloka
Hanya lukisan, bukan wujud nyata
Sungguh aku menyayangimu

*****

Entah mengapa
Rasa itu datang begitu saja
Bahkan sebelum pertemuan kasat mata

Sungguh aku menyayangimu
Sebagaimana aku sayangi setiap serpih waktu bersamamu
Sebagaimana aku sayangi tiap inchi panjang gelombang suaramu
Sebagaimana aku sayangi setiap butir loncatan neron otakmu
Sebagaimana aku sayangi tiap denyut aortamu

Meski aku tak lagi bisa genggam tanganmu
Atau sekedar menyapa 'Apa kabar, matahari pagiku'
Meski aku tak bisa miliki kehangatan bincang kita
Atau sekedar menyapa 'Apa yang sedang kau risaukan saat ini ?'
Meski aku tak pernah bisa dan tak pernah ingin
Memiliki jasadmu...
Bisakah kau lupakan sebentuk raga, sebentuk perseteruan
Lepaskan segenap jubah aturan, komitmen, konstitusi, konspirasi
Meleburlah bersama Yang Maha Lebur
Di sana ranah material bukan lagi kendaraan
Karena roh tak butuh tumpangan

Sungguh munafik bila kukatakan
'Aku tak mencintaimu'
Karena itulah aku dalam ambigu
***

Hahaha...Anda sudah baca kalimat melow di atas ??? Saya sungguh senang sekali menyampaikan pada Anda. File itu sempat saya kira lenyap, tapi berkat bantuan teman (Mas Fajar, memang kau harus menraktir ayam bakar agar ide kreatif itu muncul lagi hahaha).

Ceritanya begini, tahun 2004 saya mencoba menulis novel. Dengan tertatih - tatih, dalam 2 tahun draft itu kelar, sekitar 190-an halaman. Sempat saya print untuk dikirim ke penerbit ternama, dan ditolak habis. Setelah itu, saya biarkan 'anak manis' itu teronggok di antara buku - buku dan berdebu.

24 Maret 2007, anak saya lahir. Malam itu juga, rumah saya kebobolan dan semua barang lenyap kecuali kulkas dan Mr. lemot (kucing saya yang sekarang sudah almarhum karena kena racun tikus tentangga). Yang paling nyesek di antara sekian barang yang lenyap adalah lap top dan kamera. Bahkan karena itu, suami saya menyampaikannya dengan berliku -liku karena dia tahu betul saya saya menyayangi benda itu.

Tetapi kala itu, saya tidak merasa begitu kehilangan karena sibuk bahagia dengan kelahiran anak saya. Tetapi begitu sadar, bahwa hilangnya lap top itu artinya hilangnya data yang ada i dalamnya, termasuk novel yang saya tulis selama dua tahun itu. Lunglai sudah dan saya sempat tidak mau lagi mengingatnya.

Dua hari yang lalu, Mas Fajar (dan sekeluarga : Mbak Rika, Faya dan Faza...haha kalian sudah besar yah). Menraktir ayam bakar khas solo. Saya jadi ingat waktu tulisan saya di Suara Merdeka dimuat, dengan semangat saya berniat traktir Mas Fajar makan di ayam bakar bu Broto yang terkenal itu. Ternyata dompet saya ketinggalan..hehehe

Sebelum berangkat, dia mengingatkan saya bahwa saya pernah kirim draft novel itu via email. saya sendiri sudah lupa pernah mengirimnya. Mas Fajar yakin, saya mengirim banyak bab.Tetapi pas dicari - cari tidak ketemu.

Tadi sore, saya telepon Bang Iwan sekedar ngobrol ngalor ngidul. Sampai akhirnya saya ingat kejadian yang berkaitan dengan novel itu. Saya cari lagi di komputer kantor...foleder itu masih ada !!! 90% naskah itu tersimpan rapi di dokumen yang sudah sekian lama tidak dibuka. Saya sujud sukur...

Catatan untuk Sausan : Ayah, sekarang adik semangat menulis lagi. Tunggu ya, kalau ayah pulang akan adik bacakan satu novel hahahaha.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Kami ikut seneng, Tik. Terbukti, LoA dengan sukarela menghampiri manakala kamu memang memiliki keinginan dan keyakinan yang kuat untuk berhasil.

Tapi memang, LoA juga mau hadir karena sebuah menu kenangan : Ayam Bakar Solo, di mana harus aku yang bayar, alias gretong buat kamu! Hahaha!

Jujur, aku juga seneng, karena aku kembali punya 'sparing partner' dalam menulis, terutama menulis buku. Meskipun rasanya susah untuk 'menang', jika sudah telanjur tersalip di tikungan! Hahaha...

Enggak kok, Tik. Kemenangan sejati sesungguhnya adalah keberhasilan menaklukkan segala hambatan dalam diri kita sendiri. Ya nggak?

Dus, selamat membangun kembali sang novel, kendati harus menyusun kembali puzzle catatan yang sempat terserak. Aku yakin kamu bisa!

Yang pasti, kami menunggu sebuah buntelan berisi novel ke rumah, yang berisi sebuah buku bertanda tangan si penulis : Titik Kartitiani! Amien...

Sukses ya, Tik!


Salam Folder F, dari keluarga F.
(Fajar, Fariha, Faya, Fazza)

Titik Kartitiani mengatakan...

Hahahaha...you are the best brother..always!!!saya takkan mengecewakan, I promise !