Rabu, 14 Januari 2009

Memory..When You Worries





Foto ini adalah sebagian dari perjalanan saya untuk meliput ke berbagai lokasi. Sebagaimana yang saya katakan sebelumnya, menjadi wartawan Flora Fauna mempunyai cerita yang unik. Sesekali akan saya share,sekedar membuat tersenyum kala suasana hati mendung.
Paling atas : Kebun Durian di Semarang
Nomor dua : Kampung Ulu Pitu di Palembang
Nomor tiga : Meliput utk National Geographic Indonesia dengan Jerry Aurum
Paling Bawah : Gunung Halimun, Jawa Barat

Kebun Durian, rapuhnya seorang petani
Fotonya bukan di foto ini. Suatu hari, saya bertugas untuk meliput dan memotret kebun durian. Terbayang dalam benak saya, durian monthong nan ranum tersaji di hadapan siap santapz (pakai z tanda mantapz).Begitulah, saya menuju lokasi tersebut dan karena sesuatu hal, tak bisa bawa mobil. Saya dan Armin (enggak pakai Compost)menuju lokasi dengan angkot. Jaraknya lumayan menakjubkan karena didera macet tiada tara. Dari rumah saya hingga UKI yang biasanya 1,5 jam ditempuh 3 jam. Belum lagi terbanting - banting di angkot menuju lokasi (adegan ini tak ada dalam petunjuk elemen jurnalistik Bill Kovack maupun Vademecum Wartawan). Sesampai di lokasi, saya mendapati durian yang besar - besar,namun tak dapat dijual. Karena rontok dihajar angin yang datang karena pemanasan global. 30% buah tak bisa dikonsumsi. Kerugian minimal 60 juta rupiah. "Durian ini dijual butiran, Mbak. Udah enggak pakai dicoba. Saya akhirnya hanya jual durian, bukan jual manis. Makanya kalau ada pembeli nanya yang manis, saya enggak bisa jual," ujar pekebun sembari menatap durian jatuh yang tak pada masanya. Sebuah renungan bagi saya, kalau beli buah...nawarnya jangan terlalu sadis dan nyela sana sini. Penuh peluh untuk menghasilkannya.

Walau banjir menghadang...
Ini cerita saya ketika meliput untuk Nat. Geo Indonesia. tatkala membayangkan majalah begengsi itu, saya seakan - akan berpose ala John Krauker.Bersepatu tracking, menyandang tas carier dan kamera terkalung di leher. Amboy gagah nian.

Hanya pada kenyataanya, saya menyandang perut menggelembung dan memakai sepatu trepes. Saat mendapatkan tugas, saya sedang hamil Sausan (si keriting yang kini sudah tengil). Total penugasan hingga 1 tahun sampai artikel dimuat. Ada cerita yang saya ingat yaitu saat perjalanan ke Malang, februari 2006. Banjir melanda jakarta. termasuk menggenangi rel yang dilalui kereta yang saya tumpangi. Begitulah, malang - jakarta yang hanya ditempuh kurang dari 12 jam, menjadi 24 jam di dalam kereta. Saya hamil 7 bulan waktu itu. Si tengil itu sudah berakrobat di dalam perut. Bahkan saat tiba di stasiun tujuan, saya panik seperti mau lahir. Ternyata saya hanya hiperbolik.

Tetapi saya sungguh berkesan pada penugasan ini. Saya menelusuri peranggrekan Indonesia, peraganya. Saya bertemu dengan 'penyelundup' anggrek legendaris yang dipenjara di California pada usia yang teramat muda. Dia satu - satunya orang Indonesia yang dipenjara karena anggrek, di luar negeri pula. Hingga kini saya bersahabat dengannya, beliau memberi saya banyak pelajaran berharga.Juga 'penadah' yang mempertanyakan : kalau hunter anggrek meminjam uang pada saya untuk mengobati istrinya yang sakit. Lalu ia membayar hutangnya dengan sekotak anggrek dari hutan, apakah saya penadah ?" Ya,sampai di titik ini, dimanakah konservasi bertahta ?

Yang tak kalah mengesankan tentu saja bekerja sama dengan Mas Jerry. Yang kata teman saya si fotografer bilang : Hah, kamu sama Jerry ?? Nah, saya enggak tahu apa maksud 'hah' ini. (Hehehe..Mas Jerry, pengagumu banyak deh hehehe)

Ada 'bisul' di Halimun

Mengunjungi G.Halimun saya ekstra paranoid. Selalu mengoleskan lotion ke segenap penjuru badan. Sungguh, ini tak ada dalam prosedur penjelajahan ataupun berlagak sok centil. Saya punya pengalaman tak sedap dengan Mr.P (baca : pacet, binatang yang sepertinya Tuhan sedang tidak mood saat menciptakannya...maaf).

Kala itu, saya sedang tracking di belakang Taman Safari Indonesia. Baru melangkah, ee..kamera terlihat berkilau - kilau di dasar sungai (baca :kecebur). Panik dan tak hati2 akhirnya sayapun tersuruk. Singkat kata, perjalanan sukses. Sampai pulang kami serombongan PAI (Perhimpungan Anggrek Ind) mampir di KFC Sentul. Eh, kok tiba - tiba perut rasanya gatal. Iseng tangan saya meraba perut, kok ada benjolan seperti bisul nan hangat. Perasaan saya enggak bisulan. Reflek saya buka..begitulah, sesuatu yang terlalu mengerokan untuk dideskripsikan, bergelung hangat di sana. Suara kepanikan pun diakhiri dengan suara 'teplox', si Mr. P pun melenggang kekenyangan, menyisakan darah bak baru ketusuk pisau di perut saya. Saya sharing ya...digigit Mr.P itu tak sakit, sungguh..hanya sakit hati yang enggak tahan, hingga terbawa mimpi jadi mimpi buruk..Tapi paling tidak, ia sudah menempuh puluhan Km antara hutan TSI hingga Sentul, kira-kira 4 jam bergantung gigih di perut saya.
Mr.P itu semacam spesies pembeda penghuni gunung di Jawa Barat dan Jatim/jateng. Waspadalah.

Tidak ada komentar: