Senin, 14 Januari 2008

PAK HARTO, KURA - KURA DAN BATU

Beberapa hari ini, semua media (tak terkecuali media hiburan yang biasa membahas artis) sibuk memantau kesehatan Pak Harto. Bahkan teman saya hingga tidak pulang beberapa hari karena menunggu 'keputusan'. Sampai saat ini, Dia masih belum mengambil keputusan. Saya tidak tahu, apakah teman - teman saya akan terus begadang...

Melihat kondisi mantan orang nomor satu di negeri ini (yang waktu kecil saya-pun bercita-cita bersalaman dengannya, sungguh :) ), saya menjadi berpikir, apakah arti semua yang telah ia miliki ? Yang saya yakin, semua itu didapatkan dengan tidak mudah bahkan mungkin menyulitkan orang lain. Hingga di senja usianya, di samping malaikat maut, sebelum menghadapi pengadilan yang Maha Adil, dia masih harus menghadapi pengadilan kasad mata alias meja hijau.

Lantas, saya menemukan blog Mbak Dewi Lestari- yang penulis pinter itu- (www.dee-idea.blogspot.com). Ceritanya sederhana sekali, tentang anaknya - Keenan yang menumpulkan batu di pinggir selokan. Batu yang sudah banyak digenggaman tiba - tiba berantakan kala ia terpeleset. Betapa segala yang kita miliki bisa lenyap hanya dalam sekejap. Tak peduli bagaimana kita menggenggamnya, bahkan hingga tangan kita berdarah

Apalagi ketika 'batu-batu' yang kita kumpulkan itu didapatkan dengan merugikan orang lain, menginjak teman. Apakah itu sebuah kemenangan ? Saya ingat tulisan SGA di Kompas, Catatan Desember 'Kura-Kura'. Sederhana saja, intinya ada dua kura - kura yang bersaing hingga satunya mati. Lalu kura-kura itu sendirian di dalam akuarium. SGA hanya menanyakan Apakah arti hidup bagi kura-kura yang telah menguasai dunia itu, jika sisa hidup, yang barangkali masih akan lama, dijalani sendirian saja ?

Ah, betapa menyedihkan diri saya selama ini, ketika mengedepankan ego hanya untuk sebuah nama, sebuah kemenangan semu, sebuah pujian. Bukankah kemenangan yang sesungguhnya ketika kita bisa mengalahkan ego kita ? Saya masih harus belajar untuk itu.

Catatan untuk Sausan : My little Sunset, kemarin kakek mengabari ibu, gigimu sudah tumbuh dua di bagian bawah. Ibu mau menangis, ah...pasti kamu lucu sekali. Ayah juga seneng banget ketika ibu kabari. Maaf, Sayang..ibu sempat membandingkanmu dengan bayi yang lain, kenapa gigimu tidak tumbuh-tumbuh.

Tidak ada komentar: